Rabu, 30 Januari 2019

UNIVERSITAS DENGAN JURUSAN FARMASI DIMANA AJA SIH?

               Farmasi adalah jurusan yang memiliki banyak lowongan pekerjaan bagi lulusannya. Jurusan farmasi merupakan jurusan yang sangat erat kaitannya dengan kimia dan juga biologi. Diharapkan lulusan dari jurusan Farmasi dapat bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya.
Dalam jurusan farmasi ilmu kimia digunakan sebanyak 80% lalu biologi sebesar 15% dan fisika sebesar 5%. Jika anda lulus dari jurusan farmasi, maka anda akan mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) dibelakang namanya dan ditambah dengan gelar Apoteker (Apt.)

Gambar terkait

              Kali ini saya akan memberikan beberapa fakultas yang ada di Indonesia yang menyediakan jurusan farmasi lengkap dengan lokasi,no tlp, dan email :

1. Departemen Farmasi FMIPA-UI Universitas Indonesia (UI), Depok, Kampus                          Universitas Indonesia, Depok, 16424, Telp. (021) 7270031, 
78849001 Fax. (021) 7863433, 78849004, E-mail Iskandarsyah < aya_2803@yahoo.com>

2. Fakultas Farmasi ,Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Jl. Bioteknologi 
No. 1 Kampus USU Medan. Telp. (061) 8223558. Fax : (061) 8214290, E-mail ;          Sumadio sumadio@usu.co.id

3.  Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Jl. Kapas No.9, Semaki, Yogyakarta. Telp. (0274) 563155, E-mail uadfarmasi@yahoo.co.id

4. Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Sekip Utara, Yogyakarta.Telp. (0274) 543120, Fax. (0274) 543120, 546858, E-mail : Marchaban marchaban@yahoo.com dan < march@ugm.ac.id>

5. Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND), Padang   Kampus UNAND, Limau Manis, Padang Sumatera Barat. 25163.Telp. (0751)777057, Fax. (0751) 55547, E mail Derri Dachryanus, < dachryanus@telkom.net>

6. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung Jl. Raya BandungSumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang, 45363 Telp/Fax. (022) 7796200, E-mail: Anas Subarnas < aasubarnas@yahoo.co.id>

7. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, (UP) Jakarta Serengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640. Telp. (021) 7864725, 7864727, 7864728, Fax. (021) 7864727 E-mail Wayan Redja < farmasi@ffup.org>

8. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (UBAYA), Surabaya         Jl. Kalirungkut, Surabaya 60293. Telp. (031) 2981110, 2981112.. Fax : (031) 2981111, E-mail : Endang Wahyuningsih < farmasi@ubaya.ac.id>

9. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar      Kampus UNHAS Tamalanrea, Makasar. Telp. (0411) 558556. Fax: (0411) 558555 E-mail : Elly Wahyudin ellywahyudindea@yahoo.com

10. Fakultas Farmasi,Universitas Sanatha Dharma (USD), Yogyakarta Kampus III Paingan, Maguwohardjo, Depok Sleman, Yogyakarta, 55281Alamat Surat: Mrican Tromol Pos 29 Telp (0274) 883968., E-mail : Rita Suhadi ritasuhadi@staff.usd.ac.id

11. Fakultas Farmasi Universitas Widya Mandala (UWM), Jl. Dinoyo 42-44 Surabaya 60265. Telp. (031) 5678478 Fax. (031) 5610818, E-mail Martha Ervina matha_e@mail.wima.ac.id

12. Fakultas Farmasi,Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), SurakartaJl. A.Yani, Tromol Pos I Pabelan, Kartasura, Surakarta. 57102. Telp. (0271) 717417. Fax: 715448, E-mail : Nurul M murul.ums@gmail.com

13.Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung. Telp. (022) 2504852, 2512296. Fax. (022) 2504852, E-mail Tutus Gusdinar < gusdinar@fa.itb.ac.id


14. Jurusan Farmasi FMIPA Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta Bhumi Serengseng Indah, Serengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan.Telp. (021) 7271112; E-mail musnelina_lili@yahoo.com

15. Fakultas Farmasi Unniversitas Tujuh Belas Agustus 1945 (UNTAG), JakartaJl. Sunter Permai Raya, Sunter Agung Podomoro, Jakarta Utara, 14350.Telp./Fax. (021) 6513836, 64715666; E-mail ; Aprilia Rinayanti aprilia.rinayanti@yahoo.com

16. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Jakarta, Jl. Delima II/VI, Perumnas Kelender Jakarta Timur, 13460. Telp. (021) 8611070, 8604363.Fax. (021)8611070 E-mail ; fkhaira@yahoo.com

17. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya  Jl. Dharmawangsa Dalam, Surabaya 60286. Telp. (031) 5033710. Fax: (031) 5020514, E-mail : A Syahrani < asyahrani@unair.ac.id>


18. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta   Jl. Kaliurang KM 14. Telp. (0274) 895920, 896439. Fax: (0274) 896439. Kotak Pos 75.

19. Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, (USB), Surakarta  Jl. Letjen Sutoyo, Surakarta 57127 Telp. (0271) 852518. Fax : (0271) 853275 E-mail : Iswandi iswandi_usb@yahoo.co.id

20. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFAR) Yayasan Pharmasi, Semarang    Jl. Sarwo Edhi Wibowo, Pucang Gading Km. 1, Semarang, Telp (024) 6706147, Fax (024) 6706147, E-mail stifar_yaphar@yahoo.com

21. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jl. Raya Dukuhwaluh, Kampus Dukuhwa-luh I Kec. Kembaran. Kab. Banyumas, Purwokerto, Jawa Tengah. Telp. (0281) 636751, 630463 Fax : (0281) 637239, E-mail farmasi_ump@yahoo.com

22. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang, Jl. Adinegoro Km. 17 Lubuk Buaya, Padang, Sumatera Barat, 25173, Telp. (0751) 482171; E-mail Syahriar Harun stifi_perintis@yahoo.com

23. Jurusan Farmasi FMIPA,Universitas Jenderal Ahmad Yani (UNJANI)     Jl. Terusan Jenderal Sudirman PO.Box 148 Cimahi, Telp (022) 6650646, 6631581;Fax. (022) 6631581, E-mail : fifahbs@yahoo.com

24. Sekolah Tinggi Farmasi Bandung (STFB)       Jl. Soekarno Hatta 754, Cipadung,Bandung Tel/Fax (022) 7830760, E-mail ; yudhi@stfb.ac.id

25. Jurusan Farmasi FMIPA,Universitas Garut (UNIGA) Jl. Jati No. 42 B. Tarogong, Garut, Jawa Barat. Telp/Fax. (0262) 540007, E-mail enlis_farida@yahoo.com

26. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar  Jl. Urip Sumoharjo Km.05, Makassar 90231, Telp/Fax (0411) 874051; E-mail ; farmasiumi@yahoo.co.id

27. Jurusan Farmasi FMIPA, Universitas Pancasakti, Makassar Jl. A. Mangerangi No. 73 Makassar. Telp. (0411) 871306 Fax. (0411) 588566

28. Fakultas Farmasi, Universitas Wahid Hasyim (UWH), Semarang   Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang, 50236, Tlp/Fx.(024) 8505680. E-mail farmasi_unwahas@yahoo.co.id

29. Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN), Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kampus II Jl. Kerta Mukti Pisangan Ciputat 15412. Jakarta Selatan, Telp/Fax (021) 7404985, E-mail yanisuin@yahoo.com

30. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dan Pengetahuan Alam (STIFA) Pelita Emas. Palu         Jl. Monginsidi 106 A, Palu, Sulawesi Tengah Telp. (0451) 458681

31. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI), Bandung  Jl. Soekarno Hatta No. 354 (Parakan Resik), Bandung, 40266 Telp. (022) 7514355. Fax. (022)7566484; E-mail Basuki Hadi < STFI@detik.com >

32. Jurusan Farmasi FMIPA, Universitas Tulang Bawang, Bandar-Lampung Jl. Gadjah Mada No. 34, Kotabaru Bandar Lampung, 35121; E-mail Qurotaini < qurotaini@yahoo.com >

33. Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan      Jl. Jambi No. 59, Medan 20232 Telp. (061) 4535945, 4535989, 4533863. Fax. (061) 45344731; E-mail Cut Fatimah < cutmah57@yahoo.com >

34. Fakultas Farmasi, Universitas Jember    Jln. Kalimantan I/ No. 2, Jember 68132< nuri_uj@yahoo.com >

35. Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Indonesia Timur, Makassar   Jl. Rappocini Raya No. 171 PO BOX 1667, Makassar 90222,Telp/Fax: 04111- 421974

36. Program Studi Farmasi, Universitas Pakuan, Bogor   P O Box 452, Bogor. E-mail ; Diyah < farmasi_unpak@yahoo.com > atau < d_unpak@yahoo.com >

37. Sekolah Tinggi Farmasi Riau       Jl Pattimura No. 9, Pekan Baru, Riau Telp. ( 0761) 7077575,Fax. ( 0761) 23392 E-mail: < stifar@stifar-riau.ac.id > dan < info@stifar-riau.ac.id > atau  hyterna@yahoo.com

38. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Kristen Indonesia (UKI), Tomohon, Sulawesi Utara      Kampus III Telete II PO Box 4 Tomohon, Sulawesi Utara 95362. Telp. (0431) 354933. Fax (0431) 341145; E-mail : Novel K < novelkojong@yahoo.com >

39. Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Mathla’ul Anwar Pandeglang, Jl. Raya Labuan Km.23 Saketi,Pandeglang, Banten 42273, Tel/Fax. 0253- 401773

40. Program Studi Farmasi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Jl. Dr. Soeparno, Karangwangkal, Purwokerto, 53122, Telp/Fax. (0281) 642840, E-mail Tunggul < tunggul_apt@yahoo.co.id >

41. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ngudi Waluyo, Semarang Jl. Gedongsongo, Mijen- Ungaran, Semarang Telp. (024) 6925408

42. Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Harapan Ibu, JambiJl. Tarmizi Kadir No. 71, Pakuan Baru, Jambi

43. Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Kampus Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Denpasar, Bali; E-mail : IMA Gelgel W < mgelgel@yahoo.net >

44. PS Farmasi FMIPA, Universitas Al-Ghifari, Bandung, Jl. Cisaranten Kulon No. 140, Bandung. E-mail farmasi_< unfari @yahoo.co.id >

45. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFA) Kebangsaan, Makassar, Jl. P Kemerdekaan Km 13,8, Daya, Makassar, telp (0411) 583190

46. PS. Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A.Yani, KM.36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, E-mail,< suto_farm@yahoo.co.id >

demikianlah beberapa informasi yang bisa saya berikan, semoga bermanfaat

Selasa, 29 Januari 2019

ILMU RESEP SECARA SINGKAT ITU APA SIH?

Ringkasan Ilmu Resep


A. Pengertian Ilmu Resep

Gambar terkait

Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Ada anggapan bahwa ilmu ini mengandung sedikit kesenian, maka dapat dikatakan bahwa ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari seni meracik obat (art of drug compounding), terutama ditujukan untuk melayani resep dari dokter.

Penyediaan obat-obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan pembakuan dari bahan obat-obatan. Melihat ruang lingkup dunia farmasi yang cukup luas, maka mudah dipahami bahwa ilmu resep tidak dapat berdiri sendiri tanpa kerja sama yang baik dengan cabang ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi dan farmakologi.

Pada waktu seseorang mulai terjun masuk kedalam pendidikan kefarmasian berarti dia mulai mempersiapkan dirinya untuk melayani masyarakat dalam hal :
•Memenuhi kebutuhan obat-obatan yang aman dan bermutu.
•Pengaturan dan pengawasan distribusi obat-obatan yang beredar di masyarakat.
•Meningkatkan peranan dalam bidang penyelidikan dan pengembangan obat-obatan.
Mempelajari resep berarti mempelajari penyediaan obat-obatan untuk kebutuhan si sakit. Seseorang akan sakit bila mendapatkan serangan dari bibit penyakit, sedangkan bibit tersebut telah ada semenjak diturunkannya manusia pertama.

B. Sejarah Kefarmasian

Gambar terkait

             Ilmu resep sebenarnya telah ada dikenal yakni semenjak timbulnya penyakit. Dengan adanya manusia di dunia ini mulai timbul peradaban dan mulai terjadi penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan usaha masyarakat untuk melakukan usaha pencegahan terhadap penyakit.Ilmuwan- ilmuwan yang berjasa dalam perkembangan farmasi dan kedokteran adalah :
- Hipocrates (460-370), adalah dokter Yunani yang memperkenalkan farmasi dan 
   kedokteran  secara ilmiah. Dan Hipocrates disebut sebagai Bapak Ilmu Kedokteran
- Dioscorides (abad ke-1 setelah Masehi), adalah ahli botani Yunani, merupakan orang 
   pertama yang  menggunakan tumbuh- tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan. Karyanya 
   De Materia Medica. Obat-obatan yang dibuatnya yaitu Aspiridium, Opium, Ergot, Hyosyamus dan                            Cinnamon.
- Galen (130-200 setelah Masehi), adalah dokter dan ahli farmasi bangsa Yunani
   Karyanya dalam  ilmu kedokteran dan obat-obatan yang berasal dari alam, formula dan 
   sediaan farmasi yaitu Farmasi Galenika.
- Philipus Aureulus Theopratus Bombatus Van Hohenheim (1493-1541 setelah masehi), Adalah 
  seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss yang menyebut dirinya Paracelcus , sangat besar                                         pengaruhnya terhadap perubahan farmasi, menyiapkan bahan obat 
  spesifik dan memperkenkan zat kimia sebagai obat internal.

  Ilmu farmasi baru menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada abad XVII di Perancis. Pada tahun 1797 telah berdiri sekolah farmasi yang pertama di perancis dan buku tentang farmasi mulai diterbitkan dalam beberapa bentuk antara lain buku pelajaran, majalah, Farmakope maupun komentar. Kemajuan di Perancis ini diikuti oleh negara Eropa yang lain, misalnya Italia, Inggris, Jerman, dan lain-lain. Di Amerika sekolah farmasi pertama berdiri pada tahun 1821 di Philadelphia.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu farmasipun mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus, tetapi saling berkaitan, misalnya farmakologi, farmakognosi, galenika dan kimia farmasi.

Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda, sehingga buku pedoman maupun undang-undang yang berlaku pada waktu itu berkiblat pada negeri Belanda. Setelah kemerdekaan, buku pedoman maupun undang-undang yang dirasa masih cocok tetap dipertahankan, sedangkan yang tidak sesuai lagi dihilangkan.

Pekerjaan kefarmasian terutama pekerjaan meracik obat-obatan dikerjakan di apotek yang dilakukan oleh Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker. Bentuk apotek yang pernah ada di Indonesia ada 3 macam : apotek biasa, apotek darurat dan apotek dokter.

Dalam melakukan kegiatan di apotek mulai dari mempersiapkan bahan sampai penyerahan obat, kita harus berpedoman pada buku resmi farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, antara lain buku Farmakope (berasal dari kata “Pharmacon” yang berarti racun/obat dan “pole” yang berarti membuat). Buku ini memuat persyaratan kemurniaan, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan.

  Hampir setiap negara mempunyai buku farmakope sendiri, seperti :
· Farmakope Indonesia milik negara Indonesia
· United State Pharmakope ( U.S.P ) milik Amerika
· British Pharmakope ( B.P ) milik Inggris
· Nederlands Pharmakope milik Belanda

Pada farmakope-farmakope tersebut ada perbedaan dalam ketentuan, sehingga menimbulkan kesulitan bila suatu resep dari negara A harus dibuat di negara B. Oleh karena itu badan dunia dalam bidang kesehatan, WHO ( world health organization ) menerbitkan buku Farmakope Internasional yang dapat disetujui oleh semua anggotanya. Tetapi sampai sekarang masing-masing negara memegang teguh farmakopenya.

Sebelum Indonesia mempunyai farmakope, yang berlaku adalah farmakope Belanda. Baru pada tahun 1962 pemerintah RI menerbitkan buku farmakope yang pertama, dan semenjak itu farmakope Belanda dipakai sebagai referensi saja.

  Buku-buku farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan :
· Farmakope Indonesia edisi I jilid I terbit tanggal 20 Mei 1962
· Farmakope Indonesia edisi I jilid II terbit tanggal 20 Mei 1965
· Formularium Indonesia ( FOI ) terbit 20 Mei 1966
· Farmakope Indonesia edisi II terbit 1 April 1972
· Ekstra Farmakope Indonesia terbit 1 April 1974
· Formularium Nasional terbit 12 Nopember 1978
· Farmakope Indonesia III terbit 9 Oktober 1979
· Farmakope Indonesia IV terbit 5 Desember 1995

Dosis Obat ( Ilmu Resep Kelas 1 )

Pengertian Dosis
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan dosis adalah dosis maksimum, yaitu dosis maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutis dan rektal. Selain dosis maksimal juga dikenal dosis lazim, dalam Farmakope edisi III tercantum dosis lazim untuk dewasa juga untuk bayi dan anak. Umumnya merupakan petunjuk dan tidak mengikat.

Definisi dosis (takaran) suatu obat ialah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam maupun obat luar.

Ketentuan Umum FI edisi III mencantumkan 2 dosis yakni :

1). Dosis Maksimal ( maximum), berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Penyerahan 
      obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan membubuhi tanda seru 
      dan paraf dokter penulisan resep, diberi garis dibawah nama obat tersebut atau banyaknya 
      obat hendaknya ditulis dengan huruf lengkap.
2). Dosis Lazim (Usual Doses), merupakan petunjuk yang tidak mengikat tetapi digunakan 
      sebagai pedoman umum (dosis yang biasa / umum digunakan). 

Macam – Macam Dosis Ditinjau dari dosis (takaran) yang dipakai, maka dapat dibagi sebagai berikut :
1).Dosis terapi
                    adalah dosis (takaran) yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan si sakit.
2).Dosis maksimum
                     adalah dosis (takaran) yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk pemakaian 
      sekali dan sehari tanpa membahayakan.
3).L.D.50
                     adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.
4).L.D.100
                     adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian pada 100 % hewan percobaan

Daftar dosis maksimal menurut FI digunakan untuk orang dewasa berumur 20 – 60 tahun, dengan berat badan 58 – 60 kg. Untuk orang yang sudah berusia lanjut dan pertumbuhan fisiknya sudah mulai menurun, maka pemberian dosis lebih kecil dari pada dosis dewasa.

Perbandingan dosis orang usia lanjut terhadap dosis dewasa : 
Umur Dosis
60-70 tahun      = 4/5 x dosis dewasa
70-80 tahun      = ¾ x dosis dewasa
80-90 tahun      = 2/3 x dosis dewasa
90 tahun keatas = ½ x dosis dewasa

Dosis untuk wanita hamil
Untuk wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan sebaiknya diberi dalam jumlah yang lebih kecil, bahkan untuk beberapa obat yang dapat mengakibatkan abortus dilarang, juga wanita menyusui, karena obat dapat diserap oleh bayi melalui ASI. Untuk anak dibawah 20 tahun mempunyai perhitungan khusus.

Dosis untuk anak dan bayi
Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Dalam memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus diperhitungkan beberapa faktor, antara lain umur, berat badan, jenis kelamin, sifat penyakit, daya serap obat, ekskresi obat. Faktor lain kondisi pasien, kasus penyakit, jenis obatnya juga faktor toleransi, habituasi, adiksi dan sensitip.

Aturan pokok untuk memperhitungkan dosis untuk anak tidak ada, karena itu beberapa tokoh mencoba untuk membuat perhitungan berdasarkan umur, bobot badan dan luas permukaan (body surface ) . Sebagai patokan dapat kita ambil salah satu cara sebagai berkut :

Menghitung Dosis Maksimum Untuk Anak
(1) Berdasarkan Umur.
- Rumus YOUNG   : n /n+12 x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur dari anak 
                                     8 tahun kebawah.
- Rumus DILLING : n/20 x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur dari anak 8 tahun kebawah.
- Rumus FRIED      : n/150 x dosis maksimal dewasa, n adalah umur bayi dalam bulan
(2) Berdasarkan Berat Badan (BB)
- Rumus CLARK (Amerika)    : Berat badan anak dalam kg x dosis maksimal dewasa
150 atau  Berat Badan Anak dalam pound x dosis maksimal dewasa 68
- Rumus Thermich ( Jerman ) : Berat Badan Anak dalam kg x dosis maksimal dewasa 70

Ada 3 macam bahan yang mempunyai DM untuk obat luar yaitu :

Naphthol, guaiacol, kreosot = untuk kulit
Sublimat                                   = untuk mata
Iodoform                                   = untuk obat pompa

Dosis maksimum gabungan
Bila dalam resep terdapat lebih dari satu macam obat yang mempunyai kerja bersamaan/searah, maka harus dibuat dosis maksimum gabungan.

Dosis maksimum gabungan dinyatakan tidak lampau bila : 
pemakaian 1 kali zat A + pemakaian 1 kali zat B, hasilnya kurang dari 100 %, demikian pula 
pemakaian 1 harinya.
Contoh obat yang memiliki DM gabungan : Atropin Sulfas dengan Extractum Belladonnae, 
                                                                                Pulvis Opii dengan Pulvis Doveri, Coffein dengan                                                                                                                       Aminophyllin, Arsen Trioxyda dengan Natrii Arsenas

Dosis dengan pemakaian berdasar jam, contohnya s.o.t.h. (setiap tiga jam)
(1) Menurut FI edisi II untuk pemakaian sehari dihitung :
       24/n X = 24/3 X = 8 kali minum dalam sehari semalam
(2) Menurut Van Duin :
      16/n + 1 X = 16/3 + 1 = 6 kali minum obat untuk sehari semalam, kecuali untuk 
       antibiotika dan sulfonamida dihitung 24 jam (seperti rumus dari FI. II)

Dosis untuk larutan mengandung sirup jumlah besar
Harus diperhatikan didalam obat minum yang mengandung sirup dalam jumlah besar yaitu lebih dari 16,67 % atau lebih dari 1/6 bagian, BJ larutan akan berubah dari 1 menjadi 1,3, sehingga berat larutan tidak akan sama dengan volume larutan.

Pengenalan Pertimbangan Dosis
Selain dosis maksimal kita juga mengenal dosis lazim yaitu dosis suatu obat yang dapat diharapkan menimbulkan efek pada pengobatan orang dewasa yang sesuai dengan gejalanya. Rentangan dosis lazim suatu obat menunjukkan kisaran kuantitatif atau jumlah obat yang dapat ditentukan dalam pengobatan biasa . Pemakaian diluar dosis lazim (kurang atau lebih) menyebabkan suatu permasalahan . Misalnya kuman menjadi kebal atau penyakit tidak sembuh.

Dalam Farmakope Indonesia edisi III dicantumkan dosis lazim untuk orang dewasa dan dosis lazim untuk bayi dan anak-anak Selain dinyatakan dalam umur, dosis lazim juga bisa dihitung berdasarkan berat badan pasien mengingat beberapa pasien ada yang tidak sesuai antara umur dan berat badannya.

Untuk obat-obat tertentu, dosis awal atau pemakaian pertama kadang jumlahnya besar, hal tersebut mungkin dibutuhkan untuk tercapainya konsentrasi obat yang diinginkan dalam darah atau jaringan, kemudian dilanjutkan dengan dosis perawatan. Dosis lazim memberi kita sejumlah obat yang cukup tapi tidak berlebih untuk menghasilkan suatu efek terapi.

Obat-obat paten yang dijual di Apotek pada umumnya sudah tersedia dalam dosis lazimnya, sehingga memudahkan tenaga kesehatan (dokter/farmasis) untuk menentukan besarnya dosis lazim untuk orang dewasa maupun anak. Contohnya CTM tablet (4 mg/tablet), Dexamethason tablet (0,5 mg/tablet), Prednison tablet (5 mg/tablet), Ampisillin kapsul (250 mg/kapsul atau 500 mg/kapsul), Ampisillin sirup (125 mg/cth) dan lain – lain.
Mengapa kita perlu mempertimbangkan dosis obat, bila dosis maximalnya tidak lampau ?
Hal tersebut perlu dipertimbangkan karena beberapa macam obat DM nya tidak lampau tetapi dianggap tidak lazim. Misalnya dosis maximal CTM 40 mg per hari, sedangkan dosis lazimnya 6-16 mg /hari. Bila pasien minum CTM tablet 3 kali sehari 2 tablet, dosis maksimalnya belum dilampaui, tetapi dianggap tidak lazim karena efek terapi sudah dapat dicapai cukup dengan pemberian 3 kali sehari 1 tablet.

Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter , dokter gigi atau dokter hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Resep disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farma-kope atau buku lainnya dan merupakan standar) dan formulae magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh dokter)formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farma-kope atau buku lainnya dan merupakan standar) dan formulae magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh dokter)

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe (ambilah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Suatu resep yang lengkap harus memuat :
      Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan
      Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
      Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
      Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
      Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan
      Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Pembagian suatu resep yang lengkap :
1). Tanggal dan tempat ditulisnya resep ( inscriptio )
2). Aturan pakai dari obat yang tertulis ( signatura )
3). Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep ( subcriptio )
4). Tanda buka penulisan resep dengan R/ ( invecatio )
5). Nama obat, jumlah dan cara membuatnya ( praescriptio atau ordinatio )

Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada pengobatan gigi dan mulut) dan dokter hewan (terbatas pada pengobatan hewan). Dokter gigi diberi ijin menulis resep dari segala macam obat untuk pemakaian melalui mulut, injeksi (parentral) atau cara pemakaian lainnya, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut. Sedangkan pembiusan / patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi (S.E.) Depkes No. 19/Ph/62 Mei 1962.

Resep untuk pengobat segera
Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda :
Cito : segera
Urgent : penting
Statim : penting
P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda.
pada bagian atas kanan resep, apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini termasuk resep antidotum .

Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep ditulis Iteratie. Dan ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan iteratie 3 X, artinya resep dapat dilayani 1 + 3 kali ulangan = 4 X . Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis iteratie tetapi selalu dengan resep baru.
Komponen Resep Menurut Fungsi
               Menurut fungsi bahan obatnya resep terbagi atas :
1). Remidium Cardinal, adalah obat yang berkhasiat utama
2). Remidium Ajuvans, adalah obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama
3). Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa dan bau 
       dari obat utama.

Corrigens dapat kita bedakan sebagai berikut :
a. Corrigens Actionis,
                   digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama.
   Contohnya: Pulvis doveri terdiri dari kalii sulfas, ipecacuanhae radix, dan opii pulvis. 
                         Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama menyebabkan orang sukar buang air besar,                                                       karena itu diberi kalii sulfas sebagai pencahar sekaligus memperbaiki 
                          kerja opii pulvis tsb.
b. Corrigens Odoris,
                    digunakan untuk memperbaiki bau dari obat. Contohnya oleum Cinnamommi dalam emulsi 
     minyak ikan.
c. Corrigens Saporis,
                    digunakan untuk memperbaiki rasa obat. Contohnya saccharosa atau sirupus simplex 
     untuk obat – obatan yang pahit rasanya.
d. Corrigens Coloris,
                    digunakan untuk memperbaiki warna obat . Contohnya obat untuk anak diberi warna merah 
     agar menarik untuk  diminum.
e. Corrigens Solubilis,
                    digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama. Contohnya Iodium dapat mudah 
     larut dalam larutan pekat KI / NaI

4). Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan. Adalah bahan obat yang 
      bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga menjadi obat 
      yang cocok. 
      Contohnya laktosum pada serbuk, amylum dan talcum pada bedak tabur.
      Contoh resep berdasarkan fungsi bahan obatnya.
       R/ Sulfadiazin 0,500 – Remidium Cardinale
             Bic, Natric 0,300 – Remidium Ajuvans
              Saccharum 0,100 – Corrigens Saporis
              Lact. 0,200 – Constituens
              Mf. Pulv.dtd no X
              S.t.d.d.p. I
             Pro : Tn. Budi

Salinan Resep (Copy Resep)
Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh Apotek, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli juga harus memuat :

1). Nama dan alamat Apotek
2). Nama dan nomer izin apoteker pengelola Apotek.
3). Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola Apotek
4). Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet (nedetur)
       untuk obat yang belum diserahkan, pada resep dengan tanda ITER …X diberi tanda detur 
       orig / detur …..X
5). Nomor resep dan tanggal pembuatan.
      Contoh salinan resep.
       APOTEK BAHARI
        Jl. Thamrin No. 3
        Jakarta – Telp. 378945
        APA : Drs. Bambang Hariyanto, Apt
        SIK ……………………………………………..
        
         Salinan resep No : 259
         Dari dokter       : Joko Susilo
          Ditulis tanggal : 5 Nofember 2001
          Pro : Nn. Andriani
                    R/ Amoxycillin 500 No. XII
                           S.3.d.d.I —– det
                     R/ Ponstan FCT No. XII
                             S.p.r.n. I —–ne det

           Jakarta, 5 Nofember 2001
           Cap Apotek pcc

Tanda tangan APA

Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrif. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud diatas dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.

Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku (contohnya petugas pengadilan bila diper-lukan untuk suatu perkara).

Penyimpanan Resep
Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya.Resep yang disimpan melebihi jangka 3 tahun dapat dimusnahkan.

Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas Apotek. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditanda-tangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas Apoteker.

Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang sama apabila pada resep aslinya tercantum tanda n.i. ( ne iteratur = tidak boleh diulang) atau obat narkotika atau obat lain yang oleh Menkes (khususnya Dir Jen. POM) yang ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter.

APA BEDANYA FARMAKOLOGI DAN FARMAKOGNOSI SIH?

           Buat kalian yang masih bingung apa sih sebenarnya ilmu farmakologi dann ilmu farmakognosi dalam lingkup kefarmasian, dua materi ini kelihatanya hampir sama ya?, tapi sebenarnya beda lo eitss.. tapi tetap bersangkutan juga ya hehe, untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca dibawah ini. :)


Farmakologi


Hasil gambar untuk gambar obat dalam tubuh
        
            Farmakologi adalah sebuah istilah yang merujuk kepada suatu bidang ilmu tentang pengaruh senyawa terhadap sel hidup dengan melalui proses kimiawi. Adapun senyawa yang ditujukan di sini yakni  obat. Obat merupakan tiap-tiap zat kimia yang bisa mempengaruhi suatu proses hidup pada tingkat molekuler. Dimasa lalu, farmakologi ini mencakup semua bidang ilmu pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat-sifat fisik serta kimia, komposisi, efek-efek biokimia dan juga fisiologi, mekanisme kerja, absorpsi, biotransformasi, eksresi, penggunaan terapi, dan juga penggunaan lainnya dari obat. Tetapi, beriring berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa bagian dari farmakologi ini tersebut berkembang menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dalam ruang lingkup yang lebih sempit.

Definisi Farmakologi :

  1. ilmu yang mempelajari cara serta bagaimana fungsi sistem hidup itu di pengaruhi oleh obat
  2. ilmu yang mempelajari sejarah, asal usul obat, sifat fisika serta kimiawi, efek terhadap fungsi biokimia serta faal, cara kerja, absorpsi,cara mencampur dan juga membuat obat, biotransformasi dan juga eksresi, penggunaan dalam klinik dan efek toksiknya
  3. ilmu yang mempelajari tentang penggunaan obat untuk diagnosa, pencegahan serta penyembuhan penyakit
  4. ilmu mengenai obat (pharmacon dan logos)

Cabang dan Ruang Lingkup Farmakologi

        Secara singkat perkembangan farmakologi itu  dapat dikategorikan pada beberapa cabang, antara lain :
  1. Farmakognosi
  2. Farmasi
  3. Farmakologi klinik
  4. Farmakokinetik
  5. Farmakodinamik
  6. Farmakoterapi
  7. Toksikologi

Farmakognosi


Hasil gambar untuk gambar berbagai tumbuhan obat

         Merupakan farmakognosi berasal dari kata Yunani yaitu: Pharmacon (obat) serta Gnosis (ilmu pengetahuan). Istilah tersebut diperkenalkan oleh S.A.Seydler, seorang mahasiswa kedokteran Halle/Saale, Jerman, yang menggunakan judul Analectica Pharmacognoistica dalam disertasinya ditahun 1815. Namun penelitian sejarah terakhir sudah menemukan penggunaan istilah dari Farmakognosi yang lebih awal J.A. Schmidt menggunakan istilah tersebut didalam Lehrbuch der Materia Medica, dipublikasikan di Vienna pada tahun 1811 yang menjelaskan mengenai studi tumbuhan obat serta sifat-sifatnya.
        Ilmu farmakognosi tersebut mempelajari pengetahuan dan juga pengenalan obat yang berasal dari tanaman serta zat-zat aktifnya yang berasal dari mineral dan juga hewan.